Most Read

Wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar madu, lyric lagu *music*sabda alam. Mungkin ada benarnya juga sih, tapi entahlah, mengapa sepanjang sejarah peradaban, wanita menjadi urusan. Mulai trafficking sampai merebak kepersoalan TKW & karier. Dari kesepakatan 30% wanita diparlemen smpai bidang hukum & hak asasi perempuan. Diruang agama juga pernah diramaikan oleh problem aticfiqh. Didunia edukasi juga .
Dlam sebuah acara training guru-guru SMP negeri swasta se-Jatim, terdapat 80 peserta, 12diantaranya perempuan. Seorang pemateri bertanya kepada peserta, "Mengapa jumlah wanita lebih sedikit?" Dan mendapati jawaban yang menarik "Sebaiknya dibuat saja pelatian khusus wanita, jika perlu buat kurikulum khusus wanita".



Munculnya ide tersebut tentunya ada anggapan bahwa mereka kaum tertindas, kaum yang tertinggal. Sesungguhnya tradisilah yang menggiring mereka terdegradasi pada posisi buncit. Jeratan kultur itulah yang mengikat aktifitasnya hanya berkutak pada 'dapur, sumur, kasur'. Walaupun sebagian memposisikan seperti perhiasan, pusaka dan didewi tololkan. Bahkan tafsir dari alim ulama belum mampu mengusung posisi perempuan sebagai subjek. Hal ini terlihat, wanita merupakan bagian 3 ujian; harta, tahta dan wanita.
Perempuan sesungguhnya merupakan subjek pendidikan (ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya; pepatah arab) dengan pengetahuan yang dia miliki dan  aqidah dihati mereka bahwa Tuhan senantiasa berperan dalam setiap langkahnya, jika wanita sudah lupa pada Tuhan, maka apa saja bisa dijual termasuk hargadirinya.

 Katanya,wanita adalah tiang negara,kalau tiangnya saja hancur bagaimana negaranya? 
 Jadi kurikulum khusus perempuan apakah perlu?


Oleh
_____________________________________________________________________
Ayunda
Politeknik Negeri Jember
Twitter @AyundaRusdinta

Silahkan Berkomentar

Berilah komentar yang menunjukkan kamu adalah orang yang berpendidikan ya, jangan segan untuk berkomentar.

- Copyright © Mahasiswa Banyuwangi - Dari mahasiswa untuk Banyuwangi yang lebih baik -
This site is best viewed using lastest versions of Chrome.
Supported by Pilar Media